Aku
tidak pandai merangkai kata, apalagi membual dalam kalimat. Aku menulis ini
dengan sangat terpaksa. kufikir inilah satu-satunya jalan agar dia bisa
medengar semua yang ingin kukatakan tanpa menyela sedikitpun. Aku menulis ini
untuk sahabatku, untuk menceritakan secuil kisah yang ia lewatkan. Tentang aku,
dia, dan kekasihnya.
***
Sahabat,
kita kenal lumayan lama. Cukuplah untuk tau karakter masing-masing dari kita.
tapi jujur saja, sekarang aku sama sekali tidak kenal siapa kamu, dan apa yang
sebenarnya terjadi diantara kita.
Aku
tau, kamu sakit ketika tau bahwa aku dan kekasihmu pernah dekat. Dan atas dasar
itulah kamu membenciku, kamu tak hentinya menyindir lewat akun sosial media,
mengatakan kalau aku ‘cewek Gatal’ lah, apalahh… tapi sahabat, kamu tau tidak
apa yang sebenarnya terjadi ? apa dia pernah menceritakan yang sebenarnya ?
Tidak ? tentu saja, karena dia takut.
***
Awalnya
hubungan kita semua baik-baik saja, jalan-jalan bareng kita rame-rame, makan
siang bareng, ngumpul-ngumpul bareng… semuanya baik-baik saja. Sampai ada
undangan baru di BBMku yang ternyata itu adalah kekasihmu. Aku sama sekali
tidak berfikir aneh-aneh, aku langsung aja menerimanya, toh kita emang sering
ngumpul bareng kan ? justru aneh rasanya kalau aku tidak menerima undangan
pertemannya.
Singkat
cerita, dia selalu memberi komentar disetiap Update2-an terbaruku. Entah itu
status ataupun Display pictureku. Aku masih menganggap itu wajar aja, toh kita
emang kenal. Sampai akhirnya mulai terasa ada yang aneh ketika dia sudah mulai
memberi perhatian-perhatian khusus padaku. kadang aku mulai ragu juga membalas
chat-nya, aku takut apa yang aku fikirkan barusan itu benar-benar terjadi. Ya,
aku takut kalau akan ada yang special yang terjadi.
Dan
benar saja, malam itu dia nge-chat aku. obrolan kita mengalir seperti biasa,
tapi lama kelamaan dia mulai membuka forum yang sama skali tidak pernah kuduga.
Dari situ baru aku tau kalau ternyata dia udah mulai memperhatikanku sejak
beberapa bulan sebelum kita benar-benar akrab. Dia sudah sering memperhatikan
gerak-gerikku, profesiku sebagai penyiar radio justru memudahkan dia mengetahui
apa yang sedang terjadi padaku. dan aku sama sekali tidak menyadari
‘Pengintaian’ itu !
Malam
itu dia mengatakan yang sejujurnya, Ia mengungkapkan isi hatinya. Dengan sangat
berat tentunya, karena posisinya yang sudah menjadi pacarmu yang memberatkan
dia. Bahkan setelah dia mengungkapkan perasaannya dia langsung minta izin untuk
menghapus pertemanan BBMku dengannya. Aku Setuju ! Sangat setuju ! karena aku
sadar apa yang akan terjadi jika ini tetap berlanjut. Sama skali tak pernah
terfikirkan kalau dia akan sampai mengungkapkan perasaannya seperti itu, sempat
kaget juga sih… tapi dia selalu bilang “Yahh, mau diapain lagi ? yang seperti
ini bukan kita yang minta”.
Well,
akhirnya hubungan kita terhenti sampai setelah dia mengungkapkan perasaannya. Setelah itu kita tidak saling berhubungan. Dan aku ? aku dari awal tidak pernah
merasakan apa-apa.
Sampai
waktu kita bertemu kembali di acara Bazaar disebuah warkop. Saat itu tidak ada
yang aneh, aku enjoy aja seperti tak pernah terjadi apa-apa. Diapun sama. Waktu
itu aku harus pulang lebih awal. Karena jam malamku yang sangat terbatas. Tapi
siapa sangka, saat aku berada diparkiran motor dia mengucapkan pesan singkat
“Terima lagi Inviteku nahh… “ dan well, aku sih positive thinking aja, kirain
dia udah sadar kalau apa yang dia rasakan itu salah. Jadi yaa aku ‘Iya’kan aja.
Diluar
dugaanku, ternyata dia semakin menjadi-jadi. Dia mengatakan betapa tidak
nyamannya dia ketika berhari-hari tak tau kabarku. Dan saya semakin sadar
seharusnya ini benar-benar tak pernah terjadi. Seharusnya dia tidak membiarkan
apa yang ia rasakan tumbuh semakin besar terhadapku. Tapi sekali lagi, tiap
kali aku memperingatkannya betapa salahnya apa yang ia lakukan, Ia selalu
menjawab dengan jawaban yang sama “Maumii diapaa… yang seperti ini bukan kita yang
minta”.
Hari
itu, dia ngajak keluar, katanya ada yang ingin dia ceritakan. Dan kebetulan ada
yang ingin aku katakan juga. Jadi aku setuju. Dan akhirnya kita nongkrong aja
di warkop. Waktu itu aku ingin mengatakan kalau kita harus berhenti sampai
disini, aku benar-benar tidak ingin melanjutkan kedekatan yang ganjal ini. Aku
tidak ingin hanya karena perasaan konyol yang seharusnya Ia matikan malah
merusak persahabatan kita. Tapi aku belum sampai pada kata intiku ketika dia
mulai menceritakan bagaimana sebenarnya hubungan kalian, bagaimana sebenarnya
yang ia rasakan selama menjalin hubungan denganmu, apa yang ia rasakan, dan apa
yang bergetar ketika ia mulai mengenalku.
Ia juga
menceritakan hubungannya dengan mantannya yang telah berjalan 7 tahun lamanya
sebelum kamu. Dia menceritakan betapa dulu ia sangat menyayangi mantannya itu.
Dan kini, setelah dia mengenalku, dia mengaku seperti menemukan kembali apa
yang selama ini hilang. Apa yang selama ini membuat dia sangat menyayangi
mantannya, yang tidak pernah ia dapatkan pada dirimu. Aku juga nggak tauu apa
itu, tapi berkali-kali ia menekankan bahwa mengenalku seperti menemukan sesuatu
yang telah lama hilang. Bahkan sempat terlontar kalimat bodohku “Apa yang
membuatmu bahagia bersamaku ? tell me, then I would teach it to her”. Niatku,
aku hanya ingin member tahumu apa yang membuat dia bahagia sehingga kamu juga
bisa membuatnya bahagia. Tapi dia sama skali tidak memberitahuku.
Sahabat,
sejak awal aku tak pernah menginginkan situasi yang seperti ini. Aku tidak
ingin ada rasa canggung ketika kita makan bersama di kantin, ketika kita
bercanda bersama, ketika kamu curhat tentang dia ke aku… aku sama sekali tidak
berharap dicintai dengan model yang seperti ini. Aku sama sekali tidak ingin
dicintai dengan konsekuensi harus melukai sahabatku. Tapi seluruh kata-kataku
tak mampu membuatnya sadar. Dan aku ? kamu fikir aku enak-enakan ? seumur hidup
aku tidak pernah setakut ini menjalani sebuah hubungan, meskipun saat itu aku
masih menganggap hubunganku dengannya hanya sebatas persahabatan.
Hari itu, di warkop, dia kembali
menegaskan dan kembali mempertanyakan apa yang kurasakan terhadapnya. “Apa yang
kurasakan ? dari awal aku tidak pernah merasakan apa-apa”.
Sahabat, berminggu-minggu aku
bertahan diatas pendirianku untuk tidak luluh dengan perhatian-perhatian manis
yang ia berikan. Berkali-kali kutegaskan padanya bahwa tak mudah mencairkan
hati yang udah lama membeku. Aku berusaha untuk tidak menganggapnya lebih dari
sekedar sahabat. Tapi sekeras apapun hati seorang wanita, jika terus disirami
dengan perhatian manis seperti itu akankah ia bertahan ? akupun sama. Dan aku
benar-benar membenci situasi seperti itu. Aku mulai terbawa arus yang tidak
kuinginkan. Aku sudah berusaha menjauh, tapi ia selalu menemukanku. Sampai akhirnya
aku tidak menemukan jalan untuk sembunyi lagi.
Berminggu-minggu rasanya aku
seperti dihantui oleh rasa bersalahku, tiap kali dia menelfonku aku selalu
menanyakan kabarmu tapi dia tak ingin membahasmu jika sedang bersamaku. Ketika
kita bertemupun dia selalu marah kalau aku menanyakan kamu. Lalu apa yang harus
aku lakukan sahabat ? aku sudah berusaha sekuat hatiku untuk menghindari
situasi yang seperti ini. Aku terlalu takut untuk mengadu kepadamu, aku takut
kamu terluka. Hingga akhirnya tak ada tempat lain untukku curhat selain ibuku.
Ibukuu faham apa yang aku rasakan, ia mengerti bagaimana rasanya dicintai oleh
pacar sahabat sendiri. Ia mengerti bimbangnya aku memilih jalanku. Sampai Ia
memberi saran untuk menjalin kembali komunikasiku dengan Ahmad agar aku bisa
melupakan dia. Dan aku mengikuti saran beliau, aku kembali menjalin
komunikasiku dengan Ahmad, membuat hari-hariku sibuk memikirkan Ahmad, sampai
akhirnya aku merasa aku sudah bisa mengatasi perasaanku yang mulai cair itu. karena
aku sudah dapat kalimat kuncinya “Dia yang telah berpacar tapi masih bisa
mengatakan cinta padamu, berarti dia juga akan berlaku sama ketika kau menjadi
pacarnya”. Makanya, Meskipun ia semakin menjadi-jadi, aku tetap bertahan pada
Ahmadku.
***
Sahabat, apa yang harus kulakukan
ketika cinta datang kepadaku ? Bukan aku yang memanggilnya, tapi dia yang
menemukanku. Apa yang harus disalahkan dari perasaannya ? Dia benar, “Yang
seperti ini bukan kita yang minta”, tapi tidak bisakah dia mematikan rasanya
dan hanya focus kepadamu ? Tidak bisakah ? atau tidak mau ? Apa yang kurang
dari kamu ? bosankah dia dengan hubungan kalian ? tidak bahagiakah dia
bersamamu ? sehingga ia memilih mencari kebahagiaannya diluar…
Pernahkah kau tanyakan Hal seperti
itu kepadanya ?
Pernah kah ?
Sekali ?
Dua kali ?
Apa jawabnya ?
Atau kau tidak pernah bertanya ?
Kenapa ?
Kau tak ingin menerima kenyataan
jangan sampai ia menjawab dengan jawaban yang tidak kau inginkan, iyakan ? karena
kamu terlalu menyayanginya, dan kamu tidak ingin kehilangan dia. Aku tau itu, makanya aku hanya berusaha menjaga agar dia
tidak pergi darimu.
Sahabat, sejak awal aku tidak
pernah mengenal siapa dia. Aku tidak pernah mengenal seperti apa dia. Dan
tiba-tiba dia hadir memberi perhatian-perhatian manis, memberi perlindungan,
dan memberi rasa nyaman. Aku sudah berusaha menghindarinya, tapi tetap saja ia
menemukanku. Dia dapat PIN BBku dari mana ? dari kamu katanya, Dapat nomorku
dari mana ? bukan aku juga yg ngasih… Saya kah yang memulai kisah seperti ini ?
Sayakah yang mondar-mandir mencari PIN BBnya ? Bukan ! sayakah yang mencari
nomornya ? Bukan ! Sayakah yang mulai memperhatikannya ? Bukan ! sayakah yang
mulai mendekat padanya ? Bukan !!! Lalu
kenapa semua kesalahan kau limpahkan kepadaku ?
Sahabat, sejak awal dia
mengungkapkan perasaannya aku sudah mengingatkan dia, “Aku tidak ingin
persahabatanku hancur hanya karena perasaan konyolnya”. Dan sekarang apa yang
terjadi ? kemana dia ? bertanggung jawabkah dia ? Duluu, dia sering bilang gini
“Maaf, saya yang membuat keadaan jadi kacau begini. Maaf, saya yang membuat
kamu ikut campur dalam keadaan seperti ini. Maaf... tapii maumi diapa, yang
seperti ini bukan kita yang minta”. Itu ! itu yang sering dia ucapkan setiap
kali aku menyalahkan perasaannya ! setiap kali aku minta dia mengembalikan
keadaan seperti semula ! itu jawabannya !!!
Dan kemana dia sekarang ? pernahkah
dia berusaha memperbaiki hubungan kita ?
Sejak kamu tau, dan sejak keadaan
semakin kacau, aku tak pernah menganggapmu sebagai masalah. Masalahku Cuma dia
! Dia yang membuat silaturrahmi kita hancur ! tapi, entah apa yang kamu
fikirkan, atau entah kamu berfikir atau tidak, aku benar2 tidak mengerti kenapa
semua kesalahan kau limpahkan kepadaku !
Aku sih wajar aja kamu seperti itu,
karena aku tau betapa kamu sangat menyayanginya. Jadi kamu masa bodoh dengan
kesalahannya, yang kamu tau “Ada SAYA untuk tempatmu melampiaskan sakit
hatimu”. Oke fine… mungkin kamu belum mendapatkan mata pelajaran yang
mengatakan bahwa “Pacarmu bukan Tuhanmu yang Maha Benar, pacarmu bukan
sahabatmu yang akan tetap disampingmu bagaimanapun keadaanmu, pacarmu bukan
orang tuamu yang akan tetap menyayangimu sampai akhir hayatmu”.
Tapi sampai kapan kau biarkan
cintamu membutakanmu ? Sampai silaturrahmi kita benar-benar putus ?
***
Maaf kalau kedekatan yang tidak kuinginkan itu membuatmu terluka,
Maaf telah banyak berkata kasar kepadamu,
Maaf telah membuat kita jadi seperti ini…
Apapun yang telah kamu katakan kepadaku, apapun telah yang kamu tuduhkan,
Aku maafkan !
Dan Terimakasih telah memberi tahu aku orang seperti apa dia…
Terimakasih telah mengajarkan aku banyak hal tentang cinta dan
persahabatan…
Terimakasih telah membuatku mengerti apa yang lebih berharga antara cinta
dan sahabat…
Terimakasih telah memberi kesempatan untukku lebih dewasa…
Dari sahabat yang tak pernah kau dengar ceritanya,
yang hanya ingin menyambung tali itu lagi...